“Anyone can play guitar. And they won’t be a nothing anymore” – Radiohead
Dalam lagu “Anyone Can Play Guitar” itu apakah berarti tiap gitaris dapat bermain mirip seperti musisi pujaannya? Bisa saja. Inilah sudut pandang saya terhadap topik itu.
Jenis tulisan berikut ini bukan berupa tutorial. Silahkan Google sendiri untuk mencari tips “How-To” lainnya. Kenapa harus gitar? Kenapa bukan synthesizer, drum, atau bass? Lirik lagu tadi sebenarnya secara sarkastik menyinggung bahwa lebih mudah diterima dalam lingkungan sosial jika anda mampu memainkan gitar.
Mungkin teringat momen menyenangkan saat bermain gitar mengiringi teman-teman bernyanyi atau sengaja belajar main gitar untuk memikat lawan jenis. Saat otak mulai kritis dengan sound gitar, ada kecenderungan untuk memikat ‘sesama jenis’. Maksudnya sesama gitaris lainnya secara profesional.
Begitu juga saat belajar lebih dalam terhadap gitaris lain. Tidak sekedar belajar chord dan melodi, tapi juga hasrat ingin meniru sound sang dewa gitar. Ini sifat naluriah. Seperti artikel yang pernah saya bahas sebelumnya. Namun hal ini juga bisa membuat frustrasi, tergantung dari persepsi dan reaksi diri anda.
THE MYTH FITS
Beredar pula mitos yang menjadi komoditas manufaktur alat musik. Misalnya, jika ingin terdengar seperti Jimi Hendrix gunakanlah Stratocaster™, FuzzFace™, Marshall®, dan produk-produk berlisensi Jimi Hendrix Experience™. Keliru jika anda pikir bisa mereplika dirinya. Anda melupakan jemarinya yang besar dan lincah. Meski ada perasaan sugesti “Wah, Hendrix banget nih!” saat memakai alat-alat tersebut.
Bagaimana metode yang tepat untuk tone-searching? Anda riset dari referensi merk/tipe gitar, efek, ampli, kabel, senar, setting knob, hingga pick yang digunakan gitaris favorit. Tidak lupa pula riset via Google dan terlibat aktif dalam forum gitar untuk diskusi hal tersebut.
Anda juga riset melalui contoh suara alat itu dalam lagu-lagu dan demo video dari ProGuitarShop.
Riset terus berlanjut terhadap alat rekam yang digunakan seperti: microphone, mic pre-amp, mixing console, sistem pita analog atau digital converter, dan prosesor lainnya.
Teknik rekaman modern dapat menciptakan sound gitar hiper-realistis dengan lapisan layer yang rumit. Dalam satu lagu bisa saja terdapat ratusan sound gitar yang berbeda seperti halnya proses rekaman album The Darkness. Cukup memusingkan bukan?
Percuma saja setelah proses rekaman yang rumit itu hanya anda dengar dalam format vynil, kaset, CD Player, bahkan iPod™. Suaranya akan berbeda dengan suara gitar melalui hembusan ampli dan speaker-cabinet. Dan saya belum berani menyinggung topik tentang akustik ruangan.
THE NEW ORIGINALS
Tulisan ini tidak sebatas untuk kalangan gitaris saja. Hal ini juga terjadi di area lain seperti penyanyi. Misalnya seperti Once (Dewa 19) yang menurut saya dapat lepas dari cap replika Sting. Meskipun tidak mudah juga untuk meniru Sting. Tapi saya percaya itu hanya proses dirinya dalam berkarya.
Sebagian berkah manusia adalah insting dan kreatifitas. Kombinasi dan proporsi dua unsur itu dapat menciptakan sesuatu yang menarik. Tidak ada undang-undang, peraturan, dan ‘dosa’ dalam kreatifitas. Jika sound gitar anda jelek itu bukan berarti metodenya salah, tapi mungkin karena sound gitar itu belum cocok dengan kebutuhan lagu. Anda juga boleh lupakan sejenak tentang konvensi sound gitar yang umum.
Contohnya seperti intro di lagu The Beatles “Revolution” yang cempreng seperti speaker sobek. Mayoritas gitaris tidak suka dengan sound tersebut. Tapi justru menjadi ciri khas yang mendukung tema lagu itu. Sound gitar itu direkam tanpa menggunakan ampli. Dihubungkan langsung (direct) ke mixer diatur overload sehingga membuat efek distorsi/fuzz yang kering.
Metode merekam gitar direct-to-mixer itu pernah dilakukan juga oleh para gitaris funk era Motown untuk mendapatkan sound gitar yang sangat jernih dan renyah. Metode yang tidak lazim tapi orisinal. Boleh ditiru juga, tapi perlakukan referensi dari gitaris favorit untuk menemukan ide pribadi tanpa harus menjiplak total.
Dari sekian banyak artikel tentang sound gitar yang saya baca, tips dari Chandrasonic (Asian Dub Foundation) yang paling membuat saya terkesan.
Cardinale – Alchemy
Source: http://intonasi.com/how-to-make-your-guitar-sound-like
No comments:
Post a Comment